Sumber : IFL Science (Nguyen Thanh Son)
Jakarta, tvrijakartanews - Para ilmuwan di laboratorium krustasea Singapura baru saja mengungkap spesies isopoda "super raksasa" yang mengejutkan dunia ilmu pengetahuan. Spesies baru ini diberi nama Bathynomus vaderi (B. vaderi), terinspirasi dari sosok Darth Vader karena bentuk kepalanya yang unik dan bersudut. Dalam bahasa Vietnam, spesies ini dikenal sebagai "bọ biển" atau serangga laut.
B. vaderi termasuk dalam genus Bathynomus, kelompok isopoda raksasa yang dapat tumbuh hingga lebih dari 30 sentimeter. Namun, spesies baru ini masuk ke dalam kategori super raksasa, dengan panjang mencapai 32,5 cm (12,8 inci) dan berat lebih dari satu kilogram (2,2 pon). Hewan ini menyerupai kutu kayu besar yang hidup di laut dalam dan memiliki tampilan yang mengesankan.
Selain keunikannya, isopoda raksasa seperti B. vaderi mendapatkan julukan lain, yaitu "raja makanan laut." Dalam beberapa tahun terakhir, isopoda ini telah menarik perhatian banyak orang berkat popularitasnya di media sosial. Mereka bahkan dianggap lebih lezat daripada lobster, membuat permintaan pasar terhadap spesies ini meningkat pesat.
Spesies ini pertama kali ditemukan di perairan Kepulauan Spratly, Vietnam, dan menjadi bukti bahwa lautan masih menyimpan banyak misteri. Para ilmuwan menduga bahwa raksasa laut ini mungkin juga tersebar di wilayah lain di Laut Cina Selatan, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikannya.
Foto-foto yang menampilkan manusia memegang Bathynomus vaderim memperlihatkan betapa besar ukurannya. Bahkan, isopoda ini sering dibandingkan dengan bayi yang baru lahir karena ukurannya yang luar biasa. Penemuan ini tidak hanya menambah daftar keanekaragaman hayati, tetapi juga membuka peluang penelitian lebih lanjut tentang kehidupan di laut dalam.
Kini, isopoda raksasa yang sebelumnya hanya dianggap tangkapan sampingan, telah menjadi komoditas utama dalam industri perikanan komersial. Pasar makanan laut di kota-kota besar kini sering memajang isopoda hidup sebagai salah satu menu unggulan mereka. Fenomena ini bahkan menjadi salah satu alasan mengapa spesies B. vaderi bisa ditemukan dan dikenali oleh para ilmuwan.
Namun, peningkatan permintaan terhadap isopoda raksasa memunculkan kekhawatiran tentang keberlanjutan populasinya di alam liar. Para peneliti menyerukan agar eksploitasi terhadap spesies ini tetap dikendalikan untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Temuan spesies isopoda raksasa baru yang diberi nama B. vaderi oleh Peter Ng dan timnya di Museum Sejarah Alam Lee Kong Chian, Singapura, menyoroti betapa minimnya pemahaman kita tentang keanekaragaman hayati laut, khususnya di perairan Asia Tenggara. Penemuan ini, berdasarkan dua isopoda yang dibeli dari Kota Quy Nhơn pada tahun 2023, menunjukkan bahwa perairan ini menyimpan potensi besar untuk eksplorasi lebih lanjut.
Namun, temuan ini juga memunculkan beberapa pertanyaan kritis. Mengapa spesies sebesar dan seunik B. vaderi tidak terdeteksi sebelumnya? Apakah ini mencerminkan kurangnya perhatian terhadap eksplorasi laut dalam, atau lebih luas lagi, kurangnya investasi dalam penelitian ilmiah di kawasan Asia Tenggara?
Selain itu, penamaan spesies ini sebagai "vaderi," yang merujuk pada tokoh fiksi Darth Vader, memunculkan perdebatan. Sebagian mungkin menganggapnya sebagai upaya menarik perhatian publik, tetapi apakah hal ini mengurangi keseriusan penemuan ilmiah itu sendiri? Dalam konteks ini, penting untuk menyeimbangkan popularitas dengan kredibilitas ilmiah.
Terakhir, temuan ini juga menyoroti tantangan keberlanjutan. Dengan semakin banyaknya ancaman terhadap ekosistem laut, seperti polusi, penangkapan ikan berlebihan, dan perubahan iklim,berapa banyak spesies seperti B. vaderi yang mungkin punah sebelum sempat ditemukan? Publikasi penelitian ini dalam jurnal ZooKeys adalah langkah awal, tetapi upaya konkret dalam konservasi dan eksplorasi ilmiah yang lebih luas harus segera diambil.
Jadi, setelah melacak Darth Vader dari dunia isopoda, mungkin pertanyaan yang lebih mendesak bukanlah tentang "di mana Palpatine," melainkan tentang apa langkah kita selanjutnya untuk melindungi keanekaragaman hayati yang masih tersembunyi di lautan. (Meisy/Mita)